Jam tanganku masih menunjukkan pukul 8 malam, hawa dingin
semakin berhembus menapaki bukit.
Perlahan ku melangkah menyusuri jalan setapak yang sedikit becek. Dengan
bantuan senter yang redup ku melangkah penuh hati – hati karena sedikit saja
terpeleset maka tamatlah riwayatku tercebur jurang yang terjal.
Ini merupakan hari kedua aku berada di bukit yang
membosankan ini. Kalau saja aku tidak ikut acara Camp skul, kegiatan tahunan
siswa pencinta alam mungkin jam – jam
seperti ini aku sudah berada di tempat tidurku yang empuk dan hangat. Jujur
saja, aku mengikuti acara Camp ini dengan terpaksa, hanya sekedar ingin
menghilangkan rasa penat dan galau yang akhir – akhir ini sering menghampiri.
Entah kenapa perasaan itu sering datang ketika aku mulai dekat dengan seseorang
yang mungkin, bisa aku bilang sosok cowok yang teristimewa dalam hidupku selama
ini. Aku sendiri tidak tahu. Apakah perasaan itu pertanda aku jatuh cinta.
Rasanya sedikit naif kalau aku secepat itu mengambil kesimpulan.
Langkahku terhenti ketika sosok tubuh tegap tiba – tiba
berdiri di depanku. Aku pun kaget seketika tetapi dengan pura – pura aku
berusaha menutupi kaget itu.
“kamu dari mana aja sih, semua orang pada nyariin kamu tau.”
Ucap sosok tubuh itu dengan ketus.
“bukan urusan mu.” Jawabku singkat membalasnya dengan ketus
pula.
“apa kamu bilang! Bukan urusanku, aku ini ketua Camp. Jadi
kalo terjadi sesuatu ke kamu, Tuh tanggung jawabku, ngerti g sih kamu.” Ucapnya
dengan marah.
“ngerti kok, tapi g usah marah – marah gitu dong, lagian aku
bisa jaga diri kok.” Jawabku tidak mau kalah.
“dasar cewek aneh.” Ledeknya
“apa kamu bilang! Aneh, kamu tuh yang aneh.” Timpalku kesal.
“udahlah, malas banget aku nyariin kamu tadi.” Ucapnya kesal
sambil berlalu meninggalkan aku.
Aku hanya termenung sambil menatap kosong ke arah
punggungnya yang mulai menghilang dari pandanganku. “Dasar, sok care. Lagian
sapa juga yang pingin di cariin sama cowok aneh kayak gitu.” Gerutuku dalam
hati.
Sejenak aku mulai teringat kala masa orientasi siswa 5 bulan
yang lalu. Cowok itu pula yang bikin aku kesal setengah mati, meski dia ketua
OSIS waktu itu tapi perlakuannya terhadapku tidak akan pernah hilang dari
ingatanku. Di hari pertama MOS dia sudah bikin aku kesal, waktu itu aku
terlambat masuk saat upacara pembukaan MOS, hanya terlambat 1 menit saja aku
sudah di maki-maki, di bentak-bentak, disuruh inilah itulah sampai hal yang
paling memalukan yaitu ngelapin sepatunya pakai tangan terus nyium itu sepatu.
Kurang ajar banget gak sih waktu itu, emang dia siapa, pikirku saat itu sampai
aku nangis, eh dia malah ketawa lebar dengan puasnya. Dari peristiwa itu aku
mulai benci banget sama tuh cowok, jijik liatnya, muak, kesal, marah dan satu
lagi aku gak akan pernah bisa maafin perlakuannya sampai kapan pun. Sumpahku
waktu itu.
“Reina, Reina, Reina.” Teriak seseorang memanggilku sehingga
membuyarkan lamunanku.
“Ya Ampun Rei, kamu ke mana aja sih, aku cariin juga, eh
malah sendirian di sini, kesambet dedemit tau rasa kamu.” Ucap Viola khawatir,
Viola adalah teman sebangku aku di kelas, dia pula teman yang selalu perhatian
terhadapku, sohib yang baik meski sedikit rada matrealis.
Bersambung....!!!
No comments:
Post a Comment